Flashback.
Sabtu 08/02/2014.Pagi yang cerah.
Lakon pagi itu dimulai dengan menyusur liku ibukota,tempat berjuta nafas menggelayut bersambut perih dan manisnya sang hari.
Tak ada yang istimewa,seperti sedianya,kami-aku dan kelima temanku-berjalan beriringan,melewati tapak jalan dengan ditemani terik pagi yang tengah gusar memandangi metromini dengan asap gempulnya yang menebarkan aroma menyesakkan. Ah,tinggalkan terik itu,aku hampir sampai ditempat dimana aku ingin sekedar duduk dan menyandarkan punggungku yang sedari tadi memikul beratnya beban.Jangan berpikir beban hidup,yang kumaksud yaitu isi tas ranselku,tak perlu kau tahu beban hidupku,cukup Sang Kuasa yang tahu & aku.\
Sampai juga- Kedua orang itu sedang melatih otot otot lehernya-barangkali begitu.Mereka dari tadi bersuara keras didepan sebuah benda hitam-sebut itu mic. Lalu datanglah seorang dengan jas cokelatnya sembari berlari kecil menghampiri kedua orang tersebut.Kau ingin tahu? ah itu tidak penting,yang terpenting dia itu orang yang bahagia-setidaknya,bahagia dengan apa yang dia miliki saat ini.
Sang empunya jas cokelat mulai berbicara. Aku merasa lega,setidaknya suara menggelegar yang tadi kudengan tak lagi ada.Lalu dia,dia mulai bersuara lagi tentang hidupnya.Katanya- dia itu bukan siapa siapa. Dia itu orang kecil-dulu.Dia tak dianggap,orangtuanya tak dianggap-dulu.Dia bertahan dan melangkah dan maju. Dia seperti sekarang dan dia bangga. Banyak hal yang membuatnya belajar dan mengerti bahwa hidup bisa diangkat dari keadaan terpuruk sekalipun. Ah sekalinya aku ingin bercerita tentang isi perkataanya,tapi tenanglah walau bukan sekarang,akan kuceritakan,kelak.
Sore menjelang,busway dan kereta partner kami sore itu menghantar satu per satu letih kami.
Aku bahagia. Dan -letih.
Sekian.
Satu yang kulupakan,pembicaranya Pak Helmy Yahya.Dan kau tahu sekarang ..
Lakon pagi itu dimulai dengan menyusur liku ibukota,tempat berjuta nafas menggelayut bersambut perih dan manisnya sang hari.
Tak ada yang istimewa,seperti sedianya,kami-aku dan kelima temanku-berjalan beriringan,melewati tapak jalan dengan ditemani terik pagi yang tengah gusar memandangi metromini dengan asap gempulnya yang menebarkan aroma menyesakkan. Ah,tinggalkan terik itu,aku hampir sampai ditempat dimana aku ingin sekedar duduk dan menyandarkan punggungku yang sedari tadi memikul beratnya beban.Jangan berpikir beban hidup,yang kumaksud yaitu isi tas ranselku,tak perlu kau tahu beban hidupku,cukup Sang Kuasa yang tahu & aku.\
Sampai juga- Kedua orang itu sedang melatih otot otot lehernya-barangkali begitu.Mereka dari tadi bersuara keras didepan sebuah benda hitam-sebut itu mic. Lalu datanglah seorang dengan jas cokelatnya sembari berlari kecil menghampiri kedua orang tersebut.Kau ingin tahu? ah itu tidak penting,yang terpenting dia itu orang yang bahagia-setidaknya,bahagia dengan apa yang dia miliki saat ini.
Sang empunya jas cokelat mulai berbicara. Aku merasa lega,setidaknya suara menggelegar yang tadi kudengan tak lagi ada.Lalu dia,dia mulai bersuara lagi tentang hidupnya.Katanya- dia itu bukan siapa siapa. Dia itu orang kecil-dulu.Dia tak dianggap,orangtuanya tak dianggap-dulu.Dia bertahan dan melangkah dan maju. Dia seperti sekarang dan dia bangga. Banyak hal yang membuatnya belajar dan mengerti bahwa hidup bisa diangkat dari keadaan terpuruk sekalipun. Ah sekalinya aku ingin bercerita tentang isi perkataanya,tapi tenanglah walau bukan sekarang,akan kuceritakan,kelak.
Sore menjelang,busway dan kereta partner kami sore itu menghantar satu per satu letih kami.
Aku bahagia. Dan -letih.
Sekian.
Satu yang kulupakan,pembicaranya Pak Helmy Yahya.Dan kau tahu sekarang ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar